Personel grup boleh silih berganti. Bahkan, pemainnya pun ”bebas” bersolo karier atau melakukan kegiatan musiknya di luar grup saat vakum. Akan tetapi, begitu mereka kembali bermain dalam grup, musik yang mereka tampilkan tetap saja: rock dan rock keras. Itulah grup musik God Bless.
Ketika mereka tampil dalam sebuah acara di majalah Rolling Stone di Jakarta akhir Oktober lalu, pemain-pemain yang kesemuanya sudah berusia di atas 50 tahun itu masih terlihat garang. Bahkan, lebih garang dari rata-rata grup-grup musik anak-anak muda saat ini.
Permainan Achmad Albar cs ini pun tak ”dimanipulasi” kehebatan alat-alat. Grup yang dimotori vokalisnya, Achmad Albar, ini sungguh menampilkan permainan ”murni” musik dari lubuk kemampuan mereka sendiri. Dengan entakkan keras musik rock, tentunya.
”Kami memang tidak mengikat anggota dalam ikatan kontrak, kecuali jika rekaman. Selepas rekaman, kami bebas, boleh melakukan kegiatan masing-masing di luar grup,” kata vokalis dan juga motor utama grup musik God Bless, Achmad Albar (62), ketika ditemui di rumah tinggal anggota God Bless lainnya, Ian Antono, di bilangan Cibubur, di timur kota Jakarta awal November lalu.
”Aturan main” menyangkut periuk nasi anggota grup ini pun unik. Jika terima honor, entah itu honor rekaman ataupun honor pentas, hasilnya dibagi sama rata.
”Banyak keretakan grup muncul dari sini. Misalnya, sebagai vokalis grup, ia merasa paling penting sehingga harus menerima bagian paling banyak. Ini yang tak membikin langgeng,” ujar Iyek, julukan akrab Achmad Albar, vokalis utama grup musik rock yang anggotanya silih berganti, tetapi vokalisnya tetap Iyek.
Alhasil, personel grup God Bless rata-rata hebat di bidang keahliannya sendiri. Achmad Albar sempat bersolo karier lewat rekamannya, ”Duo Kribo”, bersama vokalis grup Aka, Ucok Harahap, demikian pula anggota God Bless lainnya.
Tiga album dilahirkan Duo Kribo ini, Neraka Jahanam (1977), Pelacur Tua (1978), dan Panggung Sandiwara (1978).
Achmad Albar adalah satu-satunya anggota God Bless (bahkan pendiri grup) yang terus-menerus ada, dari formasi awal sampai akhir (2008) ini.
Albar pula yang ”membawa” napas rock ke dalam grup ini dari awal terbentuknya di Taman Ismail Marzuki pada pentas pertama mereka tanggal 4-5 Mei 1973.
Ian Antono? Gitaris God Bless lebih dari 20 tahun ini juga hebat di bidangnya sendiri. Permainan gitar listriknya tak diragukan lagi. Ia juga sebagai arranger—itu memang kegiatan sampingannya pada saat-saat vakum di studio sederhananya di rumah Ian di Cibubur.
Ian pula yang sempat melibatkan personel-personel God Bless dalam proyeknya, Gong 2000. Proyek Ian ini sebenarnya adalah semacam ”wadah rocker”, yang memfasilitasi para musisi rock agar kemampuannya tersalur. Proyek ini merupakan Bengkel Musik, yang menurut Ian untuk membenahi kondisi musik Indonesia, khususnya rock, agar para musisi muda menemukan jalurnya—khususnya di jalur rock.
Alhasil, dengan berbagai formasi—tentunya melibatkan pula anggota-anggota andal God Bless, seperti Achmad Albar di vokal dan Donny Fattah di bas gitar—mereka berkolaborasi dengan musisi lebih muda, menghasilkan karya-karya musik rock. Empat album dilahirkan proyek Gong 2000 Ian Antono ini, yakni Bara Timur (1991), Gong Live (1992), Laskar (1993), dan Prahara (1998).
Donny Fattah Gagola (57) juga memproduksi sendiri rekaman D & R, di samping juga berkolaborasi dengan musisi lain, seperti Yockie Suryoprayogo dan seniman pengusaha Setiawan Djody dalam proyek Kantata Takwa (bersama Sawung Jabo dan Iwan Fals).
Yockie—anggota formasi pertama God Bless yang tak ikut dalam formasi 2008 kali ini—juga sangat produktif dengan karya- karya musiknya dari balik keyboard, seperti album solonya, Saya adalah Saya. Corak permainan keyboard-nya juga dinilai memberi warna tersendiri bagi God Bless pada masa lalu.
Kini posisinya diganti Abadi Soesman (59), yang selama ini dikenal banyak bermusik di berbagai tempat. Ia juga punya grup sendiri, Abadi Soesman Lonely Hearts Club Band, yang memainkan lagu-lagu lama The Beatles. Ia juga pernah menjadi personel God Bless tahun 1981.
Penabuh drum God Bless kini, Yaya Muktio (54), pun juga bukan orang baru di musik rock. Ia pernah ikut di Gong 2000 dan juga dikenal sebagai drummer grup Cockpit.
Akan tetapi, memang napas utama grup musik rock ini adalah vokalisnya, Achmad Albar. Yang sejak awal sampai kini tetap mempertahankan nama grupnya, God Bless, dan tetap ngerock.
”Dari sejak dulu saya suka rock, bahkan dari sejak Elvis Presley, The Beatles, Rolling Stones (rock’n roll)...,” kata Achmad Albar.
Ketika tujuh tahun tinggal di Belanda pun, dari tahun 1969, Iyek sudah ”ngerock”. Lihatlah ketika ia membentuk grup musik Take Five (1966-1967) dan Clover Leaf (1967-1972).
”Meski di rekaman di Polydor kami main pop, di panggung kami dulu ngerock,” ujar Iyek tentang dua grupnya pada masa lalu.
Napas rock memang selalu dibawa Iyek sampai di usia ”kepala 6” sekalipun.
”Rock itu dinamis, ekspresif. Spontan. Sementara pop liriknya pun dibatasi, geraknya dibatasi, kurang spontan...,” kata rocker tua yang tetap bergaya muda di panggung ini.
Dialah napas God Bless sampai saat ini....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar